Didi Kempot Menyapa, Bikin Ambyar Mahasiswa Jogja

Ratusan mahasiswa baru memenuhi di Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta memeriahkan acara JOGJA MENYAPA: Ngaruhke, Ngarahke – Tepung, Dunung, Srawung di Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta, Selasa malam (20/8).
Kehadiran Didi Kempot menyanyikan lagu-lagu hits-nya menjadi puncak dari rangkaian acara JOGJA MENYAPA yang berlokasi di Pelataran Soegondo di halaman Fakultas Ilmu Budaya. Penyanyi berusia 52 tahun yang mendapat julukan sebagai The Lord of Broken Heart menyanyikan 12 lagu di atas panggung JOGJA MENYAPA.
“Berbaurlah dengan warga masyarakat DIY, karena pelajaran berharga tak hanya diperoleh dari bangku perkuliahan, namun ilmu sejatinya hidup dapat Anda dapatkan dengan pergaulan positif dan penuh persaudaraan dimanapun Anda berada”, imbau KGPAA Paku Alam X kepada mahasiswa baru.

Dalam acara ini Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menyampaikan nilai-nilai luhur Jogja kepada para mahasiswa baru yang semalam hadir di Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta. Mulai dari pepatah Jawa berupa Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata yang memiliki padanan arti dengan pepatah Melayu Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.
“Tak kenal maka tak sayang” menjadi alasan pemilihan tema dari “Jogja Menyapa”, sebuah ucapan uluk salam untuk “ngaruhke, ngarahke, tepung, dunung dan srawung, demikian disampaikan Sri Paduka membuka acara JOGJA MENYAPA.
Hidup tepa salira, menempatkan segala sesuatu dengan mengukur diri kita sendiri. Jangan menyakiti apabila tak ingin disakiti, hormatilah orang lain apabila ingin dihormati. Bersikaplah toleran, karena toleransi sudah menjadi budaya di Yogyakarta.
JOGJA MENYAPA terbuka untuk mahasiswa baru dari semua kampus di Jogja dan gratis. Acara ini merupakan hasil kerjasama antara Paniradya Kaistimewan, Bank Pembangunan Daerah DIY dan Fakultas Ilmu Budaya UGM. JOGJA MENYAPA sengaja diselenggarakan dalam rangka menyambut mahasiswa baru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Paniradya Kaistimewan sendiri merupakan perangkat daerah baru yang dibentuk awal tahun 2019 ini oleh Pemda DIY berdasarkan Perdais No. 1 Tahun 2019 tentang Kelembagaan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Lembaga ini bertugas membantu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam penyusunan kebijakan urusan keistimewaan dan pengoordinasian administratif urusan keistimewaan.
Penentuan nama Paniradya Kaistimewan pun berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli sejarah, mengingat lembaga itu sebelumnya sudah ada di kelembagaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Momentum datangnya para mahasiswa baru di DIY dipandang oleh Paniradya Kaistimewan sebagai saat yang tepat untuk mengenalkan nilai-nilai keistimewaan Jogja. Baik sisi sosial kemasyarakatan, pola perilaku kesantunan, keramahtamahan, seni, budaya, kuliner, dan berbagai hal yang menarik dan unik lainnya.
Universitas Gadjah Mada sengaja dipilih sebagai lokasi berlangsungnya acara JOGJA MENYAPA karena alasan kedekatan historis baik dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, maupun dengan masyarakat Indonesia dari berbagai belahan bumi Indonesia.

“Ini ketiga kalinya saya diundang bernyanyi di sini”, suara Didi lantang membelah keriuhan penggemarnya yang hadir di FIB UGM. “Senang rasanya diminta turut menyambut mahasiswa baru”.
Penyanyi yang identik dengan lagu-lagu Jawa berlirik patah hati ini tidak menyangka bahwa para mahasiswa baru di Jogja, yang mayoritas datang dari luar DIY, ternyata hafal luar kepala lagu-lagunya.
Penonton yang didominasi oleh mahasiswa baru pun menyeruak maju hingga merapat ke panggung begitu Lord Didi Kempot menaiki panggung. Mulai dari lagu cidro, suket teki, banyu langit, sewu kutho, stasiun balapan, layang kangen, pamer bojo, terminal tirtonadi, kalung emas, kangen, dalan anyar, tanjung mas ninggal janji dinyanyikan oleh Lord Didi Kempot diiringi suara Sobat Ambyar, julukan bagi penggemar garis keras lagu-lagu Didi Kempot, yang membahana memecah malam.