Borderless Space, Tema Pertama Pameran Seni LAV Gallery
LAV Gallery menjadi ruang baru yang bisa dimanfaatkan dan dieksplorasi oleh seniman Yogyakarta, terutama para seniman kontemporer. “Kita baru aja buka tempat di sini dan senang sekali kita bisa membuka sebuah ruang baru untuk perkambangan seni khususnya seni kontemporer,” ungkap Citra Kirana pendiri LAV Gallery, Kamis (27/9).
Acara launching LAV Gallery berbarengan dengan agenda publikasi program pertamanya berupa pameran dengan tema “Borderless Space”. Berkolaborasi dengan Super Duper Gallery Philippine dan Selatan Klub Art Collective menghadirkan pameran internasional yang diikuti 10 seniman muda yang berasal dari Indonesia, Philipine dan New Zealand.
LAV Gallery yang juga merupakan bagian dari unit usaha PT Kutus Kutus Hospitality ini beralamat di Jl Panjaitan no 66 Yogyakarta. LAV merupakan sebuah singkatan dari Love in Art foreVer. Sebagai ruang kreatíf LAV memfasilitasi program pameran seni rupa, program pertunjukan seni kontemporer lintas disiplin dan ruang diskusi seni budaya. “Kita membuka ruang ini sebagai ruang kreatif, karena kita ada program-program seperti diskusi, ruang pameran dan juga sebuah ruang kreatif buat teman-teman seniman dari disiplin lain. Seperti teater, tari dan musik,” terang Citra.
Di dalam gedung LAV terdapat sebuah Coffee Shop dan Art Corner Shop yang memfasilitasi produk kopi artisan lokal Yogyakarta dan produk merchandise dan craft dari seniman. “Kita punya ruang galeri yang berukuran 12×7 meter dengan konsep white cube. Semoga bisa menjadi ruang bagi seniman-seniman muda. Karena kita juga punya program untuk seniman muda di seluruh nusantara,” tambah Citra.
Di dalam ruang berbentuk kubus putih tersebut saat ini terpasang beragam karya seni dengan warna-warna mencolok. Ada berbagai macam lukisan dan seni patung yang dipamerkan di LAV Gallery. M. Rusnoto Susanto dosen seni rupa UST sekaligus penulis pameran Borderless Space memaknai tema pameran sebagai kreativitás yang lepas dari batasan ruang.
Sedangkan Yula Setyowidi, salah satu seniman pameran Borderless Space mencoba memaknai dari perspektifnya sendiri. “Boderless Space, secara personal menurut saya adalah sebuah ruang tenpa batas yang saya tarik ke dalam pikiran manusia. Jadi pikiran manusia sangat tidak terbatas, penuh imajinasi. Kita terbentuk dari beberapa pengalaman empiris dan spiritual. Dari kita lahir kita merekam dan perkembangannya disesuaikan dengan setiap individu,” terang Yula.
Yula Setyowidi seorang perupa muda asal Banyuwangi yang mengenal, mempelajari seni lukis, dan menuntaskan studi khususnya melalui konsentrasi seni lukis di ProgramPendidikanSeni Rupa, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Sejak masih studi, Yula sudah memilihseni lukis sebagai jalus profesi yang saat ini ia tekuni. Proses berkarya Yula memiliki fokus padahumaninterest dan problem sosiokultural yang melingkupinya.
Persoalan interpresona dan intrapersonal seringkali berseliweran pada muatan ekspresi yang dibedah dalam karyanya. “Untuk pameran ini saya mengangkat karya dengan tema Diingat atau Dilupakan. Jadi saya ingin bercerita setiap manusia punya ceritanya masing-masing, setiap manusia berhak menulis jalan hidupnya,” ungkapnya Yula.
Borderless Space berlangsung Sampai 16 Augustus 2022. Galeri buka: Senin -Sabtu, Pkl 11-18:00, Libur di hari Minggu dan Hari Libur National. “Kami dalam program yang pertama ini bekerjasama dengan Superduper Galery dari Filipina. Ini menjadi sebuah pertukaran yang baik juga bagi perkembangan seni rupa di Yogyakarta dan Asia Tenggara. Menunjukkan kita bisa berkolaborasi sesuai dengan kemampuan kita,” ungkap Citra.
Adapun deretan seniman yang turut memajang karyanya di Lav Gallery adalah Andi Acho Mallaena (ID) Anton “Jellyfish Kisses” Belardo (PH), Made Surya Subratha (ID), Jessa Amirol (PH), Krismarliyanti (NZ), Mira El Amir (ID), Rawraw (ID), Two Front Teeth (PH), Yula Setyowidi (ID), Wisnu Aji Kumara (ID).