Resmi Ditutup, Tahun Depan ARTJOG Angkat Tema Literasi
Seniman dan Budayawan Butet Kartaredjasa menutup gelaran ARTJOG MMXXII: Arts in Common – Expanding Awareness pada Minggu (4/9/2022). Pameran yang sudah berlangsung sejak 7 Juli di Jogja National Museum itu diakhiri dengan sangat meriah. Pengunjung dihibur dengan penampilan apik dari Jogja Hip Hop Foundation dan Koplotronika.
Kurator ARTJOG, Bambang Toko Witjaksono memaparkan selama berlangsung, rata-rata pengunjung ARTJOG mencapai 1000 orang per harinya. Jadi selama penyelenggaraan ini ada sekitar 60 ribu pengunjung.
ARTJOG menjadi lebaran seni yang memberikan dampak sangat besar. Bukan hanya bagi seniman dan penyelenggara. Namun, juga turut mendongkrak patiwisata dan menghidupkan atmosfer seni dan budaya Yogyakarta. “Ketika ARTJOG menjadi lebaran seni di Jogja, kita tahu efek domino dari ARTJOG. Betapa industri pariwisata sangat diuntungkan oleh keberadaan ARTJOG,” ungkap Butet.
Senada dengan Butet, dalam sambutannya Heri Pemad juga menuturkan jika banyak gelaran seni yang digelar selama ARTJOG berlangsung. “Karena waktu semakin panjang ARTJOG digelar, dampaknya akan semakin panjang. Artinya banyak kesempatan, saya terutama mengbarkan kepada siapapun datanglah ke ARTJOG,” jelasnya.
Heri mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah terlibat dalam mensukseskan ARTJOG MMXXII. Mulai dari panitia, semua sponsor, pendukung baik dari seniman maupun pemerintah hingga pengunjung ARTJOG.
Tema yang diangkat tahun ini, inklusifitas, mungkin masih memiliki kekurangan. Misalnya seperti yang disebutkan oleh Butet, bahwa venue di JNM yang tidak memiliki lift menyulitkan difabel untuk mengakses lantai atas. Tapi, tidak menampik fakta bahwa usaha penyelenggara ARTJOG telah berhasil menyentuh banyak pihak yang biasanya kurang dilirik. Seperti seniman anak, seniman Wanita dan komunitas difabel.
“Tema ini mendapatkan sambutan luar biasa oleh publik, fokus pada seni yang setara, inklusifitas. Siapapun akhirnya bisa menikmati ARTJOG walaupun dalam keterbatasan. Tema ini mengajarkan kita bahwa kita semua setara. Seni yang setara bisa dinikmati oleh siapapun tanpa terkecuali,” ungkap Heri Pemad.
ARTJOG akan selalu menjadi perpanjangan tangan untuk menyuarakan karya dan kreativitas para seniman. “Karena kita bekerja bersama seniman yang tidak pernah berhenti berkarya dalam menandai jamannya. Maka ARTJOG juga tidak pernah berhenti,” ujar Heri.
Bambang Toko Witjaksono mengungkapkan berdasar rapat beberapa waktu lalu, untuk ARTJOG tahun depan, tidak hanya memamerkan karya, tetapi juga ada beberapa seniman yang akan launching buku di ARTJOG. Sehingga, karya-karya yang ada juga akan dibahas. “Tahun depan itu dengan Hendro Wiyanto, kurator senior dari Jakarta, yang aktif juga di penerbitan buku,” kata Bambang.
Usai sambutan, semua yang hadir dalam penutupan ARTJOG Bersama-sama menikmat musik Jogja Hip Hop Foundation dan Koplotronika. Lagu-lagu lawas seperti Jogja Istimewa, Jogja Ora Didol, Jula Juli Lolipop, Jula Juli Jaman Edan, Ngelmu Pring membahana. Penonton berdiri, berjingkrak dan bergoyang sesuai dengan irama.
Tidak terasa memang dua bulan ARTJOG digelar, seperti kata Butet, sebenarnya tidak ada yang Namanya penutupan. Yang ada hanya jeda untuk ARTJOG selanjutnya. Lebaran seni yang selalu ditunggu dan disambut meriah setiap tahunnya.