Pameran ATARAXIA 2023: Ketenangan Jiwa dalam Lukisan Abstrak

Ketenangan jiwa bisa ditemukan di mana pun, dan diwujudkan dalam bentuk apapun. Mengambil istilah filsafat Yunani Kuno, Ataraxia bermakna bebas dari rasa takut dan gelisah. Perupa abstrak John Raymond mengekspresikan kebebasan tersebut dalam pameran ATARAXIA yang resmi dibuka pada Sabtu sore (06/05) di LAV Gallery, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta.
Baca Juga: Yogyakarta Simphony Orkestra 2023
Pameran ATARAXIA di LAV Gallery
Cuaca yang mendung tak mengurangi animo pengunjung untuk datang ke pameran tunggal ATARAXIA di LAV Gallery.
Begitu memasuki area pameran, suasana terasa tenang dan hangat, sesuai tema solo exhibition perdana dari John Raymond ini.
Acara mestinya dimulai pukul 16.00 WIB sore, namun diundur hingga pukul 17.00 WIB sore sampai semua tamu memadati area pameran.
Lukisan ATARAXIA: Abstrak dan Minimalisme

Citra Pratiwi selaku owner LAV Gallery sekaligus kurator dari solo exhibition ATARAXIA, mengungkapkan bahwa Ia menemukan kebaruan dalam karya-karya John Raymond.
Biasanya, proses pembuatan lukisan abstrak ekspresionisme berupa ledakan energi yang kuat. Namun, John Raymond melukis dengan tenang dan perlahan, seperti pelukisan minimalisme.
“Saya orang yang introvert dan tenang, jadi karya yang saya buat sesuai dengan diri saya,” ujar John Raymond saat pembukaan pameran tunggal perdananya.
Melukis Juga Perlu Riset

John Raymond yang berlatar pendidikan Desain Komunikasi Visual (DKV) ini menggunakan pendekatan riset dalam proses dari pembuatan karyanya.
Satu lukisan bisa memerlukan waktu riset tema hingga dua bulan. Tetapi saat pengerjaan, hanya membutuhkan waktu 2 – 3 jam.
Ia senang melukis di ruangan kosong, untuk memudahkannya menuangkan ekspresi ke dalam goresan cat.
Eksperimen Warna Untuk Menemukan Makna

Selain riset tema, Ia juga melakukan eksperimen warna.
Setiap warna cat memiliki makna. Sehingga, berbagai warna yang ditorehkan ke dalam kanvas tersebut merepresentasikan pesan yang ingin John sampaikan kepada audiens.
Bisa dilihat bahwa karya John Raymond didominasi oleh spektrum warna biru, putih, dan coklat keemasan.
“Prinsip saya adalah kendali diri. Ada yang bisa kita kendalikan, dan relakan yang tidak bisa kita kendalikan. Saat melukis, saya bisa mengendalikan goresan kuas, tetapi warna yang saya tuangkan ke kanvas, itu di luar kendali saya. Seperti orang lain, cuaca, dan alam. Pada akhirnya, yang bisa saya kendalikan adalah diri sendiri. Itulah inspirasi dari ATARAXIA,” jelas John Raymond.
Melukis Sebagai Ekpresi Diri

Inspirasi karyanya datang dari panorama alam maupun kegelisahan diri.
Seperti dalam pameran ATARAXIA yang mengajak audiens untuk menemukan refleksi diri.
Melalui lukisannya, John Raymond mengeskpresikan ketenangan meski dikelilingi kebisingan di dalam diri maupun dari lingkungan sekitar.
Itulah Ataraxia yang dimaksud dalam pameran tunggal perdananya. Kebahagiaan bisa ditemukan saat kita bisa tetap tenang. Caranya, dengan fokus pada kendali diri, dan melepaskan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
“Melihat lukisan John Raymond kita juga diajak untuk berefleksi mengenai kebahagiaan dalam keberadaan diri dan waktu. Lukisan abstrak John Raymond selalu bermain dalam ruang. Ruang kosong juga sebuah bentuk, kosong juga sebuah keindahan, kebahagiaan. John Raymond melihat jeda sebagai sebuah hal yang berharga. Jika kita melihat judul-judul dałam pameran tunggal Ataraxia, karya-karya ini berisikan ajakan untuk memberikan diam dan jeda untuk merasakan bahagia,” tutur kurator solo exhibition ATARAXIA Citra Pratiwi.