Bawakan Klasik, Iskandar Widjaja Tampil Memukau
infoseni.id – Setelah sukses berlangsung selama 8 (delapan) tahun, pesta musik jazz terkemuka tanah air, Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 berikan banyak kejutan (02/07).
Usung tema “Sewindu Merayakan Rindu”, Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 berhasil menjadi magnet besar bagi masyarakat luas.
Tema tahun ini “Sewindu Merayakan Rindu” banyak mengangkat artis-artis lintas generasi seperti yang ada pada line hari pertama dengan hadirnya Fariz RM feat Discoria, Andien dan sebagainya. Pada line up hari kedua Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 tidak kalah seru dan mengejutkan.
Didominasi penyanyi jazz dan pop ternama tanah air pada tahun-tahun sebelumnya, ini kali pertama ada violin solo yang tampil di panggung Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 yang berlangsung di kawasan Candi Prambanan tersebut.
Iskandar Widjaja, seorang pemain biola berdarah blasteran Indo-German berhasil membuat semua penonton Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 berdecak kagum.
Penonton Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 terbawa suasana ketika gesekan senar dari lagu “Alia Fantasia 1720” karya Nicola Matteis Jr. dibawakan dengan merdu oleh Iskandar.
Kejutan pertama saat lagu klasik dibawakan dalam mega event Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 yang telah berlangsung tahunan sejak 2015. Penonton serasa diajak kembali ke masa-masa lampau dengan lagu-lagu klasik khas abad pertengahan.
Pertanyaan yang mungkin muncul kemudian adalah bagaimana respon para penonton Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 saat lagu klasik dimainkan. Namun, hasilnya luar biasa. Karena kepiawaiannya dan penghayatannya yang luar biasa, penonton Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 hayut dalam lantunan lagu tersebut.
Penampilan Iskandar Widjaja tak sendirian, ia ditemani oleh pianis kondang, Erik Shondy. Improvisasi dari lagu kedua “River Flows in You” ciptaan Yiruma dibawakan dengan sangat baik oleh keduanya.
Beberapa bagian lagu sengaja dibuat modulasi dan efek vibra yang membuat semua penonton ikut menghayati lagu instrumen yang populer sejak tahun 2000an itu.
Tak hanya itu, Aransemen “Ode to Joy” milik Bethoven dan Preludo “E Major BWV 1006” milik JS. Bach juga berhasil dibawakan dengan sangat halus oleh keduanya.
Iringan dari Erik yang ringan namun pasti juga memberikan warna tersendiri bagi permainan biola solo yang dibawakan oleh Iskandar. Erik mengaku perlu pembiasaan bagi dirinya sebelum tampil bersama dengan Iskandar.
“Karena basic saja jazz, kalau main klasik jadi harus bawa partitur biar mainnya aman. Ini juga perlu pembiasaan jadi sudah ada latihan beberapa kali,” ungkap Erik.
Iskandar juga mengaku sangat senang saat dapat tampil dalam Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022. Baginya, apapun genre musiknya, musik adalah sesuatu yang universal. Semua orang dapat merasakan musik yang dimainkannya terlepas dari perbedaan status sosial, gender atau pun pembatas lainnya.
“Saya sangat senang kita bisa berkumpul disini. Tidak terbatas kaya atau miskin, tua atau muda, apapun latar belakang kita, malam ini kita menikmati musik yang sama. Bahasa musik itu universal,” ungkap Iskandar di atas panggung.
Beberapa lagu populer seperti “A Thousand Years” dan “Chandelier” juga masuk list lagu yang dibawakan oleh Iskandar dan Erik. Beban aransemen yang dilakukan cukup banyak namun tidak merubah lagu secara keseluruhan.
Beberapa perubahan dari tangga nada mayor ke tangga nada miring juga banyak dilakukan keduanya sebagai bagian dari improvisasi.
Tak hanya lagu klasik dan populer, Iskandar juga menyuguhkan lagu-lagu nasional yang sangat menyentuh di hati para penonton.
Jika dikaitkan dengan tema tahun ini, Iskandar dan Erik benar-benar musisi cerdas dan berkelas yang mampu mengemas lagu-lagu ini menjadi sebuah sajian yang membuat telinga terbuai. Lagu seperti “Sepasang Mata Bola” dan “Melati dari Jayagiri” dibawakan sangat halus.
Meski pada awalnya Iskandar sempat takut penonton Prambanan Jazz Festival (PJF) 2022 akan bosan, namun sambutan dari penonton justru sebaliknya.
“Saya sedikit takut dulu, mungkin orang akan cepat bosan karena cuma akustik. Ngga ada bass atau elektro. Cuma biola dan piano yang simple banget. Ada klasik juga yang mungkin orang ngga tau siapa itu Bach dan Bethoven. Tapi ternyata sambutannya bagus banget, karena musik itu satu bahasa,” ucap Iskandar menutup wawancara.