Meriahkan Penutupan Simposium Internasional, Kraton Jogja Launching Serat Menak Amir Hamza

infoseni.id – Hari terakhir Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta 2020 pada Selasa (10/03) berlangsung semarak. Simposium ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X ke-32 berdasarkan hitungan kalender Jawa.
Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta yang berlangsung di Kasultanan Ballroom Royal Ambarukmo Hotel ini mengangkat tema Busana dan Peradaban. Di gelaran hari kedua, Simposium membahas Performing Art dan Socio Culture oleh para pembicara dari dalam maupun luar negeri dan peluncuran buku Serat Menak Amir Hamza jilid I.
Sebelum menuju ke sesi simposium, panitia Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem 2020 menyajikan Talk Show mengenai Digitalisasi Kekayaan Budaya Keraton Yogyakarta yang dipandu oleh Tere Sothil dengan narasumber GKR Hayu, KPH Notonegoro dan Prof. Endang Nurhayati, M.Hum.
Gusti Kanjeng Ratu Hayu berbagi cerita mengenai awal mula digitalisasi di Keraton Yogyakarta hingga membuat Tim Tephas Tandha Yekti sebagai tiang teknologi dan informasi di Keraton Yogyakarta.
GKR Hayu mengelola segi teknis dan bertanggung jawab atas konten-konten yang akan diunggah. Hadir pula Prof. Endang Nurhayati, M. Hum. sebagai tim yang berperan dalam digitalisasi kekayaan Keraton Yogyakarta, khususnya dalam alih aksara Serat Menak Amir Hamza.
Bertepatan dengan momentum Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, di hari kedua pelaksanaan simposium ini juga diluncurkan buku hasil alih aksara teks Serat Menak Amir Hamza yang ditulis oleh GKR Hageng, permaisuri dari Sri Sultan Hamengku Buwono I.
KPH Notonegoro, suami dari GKR Hayu, mengungkapkan bahwa cerita menak yang anak di Jogja sebenarnya banyak, namun belum dikenal secara luas oleh masyarakat.
Serat Menak Amir Hamza jilid I ini berisi tembang macapat 84 pupuh dan kurang lebih 2000 pada. Buku tebal dengan cover berwarna hijau ini dibagikan kepada peserta Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta pada hari kedua.
“Adanya digitalisasi ini untuk memudahkan para peneliti dalam mengkaji peninggalan bersejarah yang ada di keraton. Harapannya dengan digitalisasi ini benda-benda yang ada di keraton menjadi rapi dan terinventarisasi”, jelas GKR Hayu.
Setelah acara Talk Show, dilanjutkan dengan sesi Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta yang membahas mengenai Performing Art.
Sesi yang dimoderatori oleh Jennie Park Excecutive Director dari Bagong Kussuadiarja Foundation dengan empat pembicara, yakni Dr. Jennifer Lindsay yang membahas busana, Dr. Theresia Suharti membahas busana Bedhaya, Dr. Ilaria dan Sietske Rijpkema membahas Bhisana Maneka Warna serta Revianto Budi Santoso yang membahas mengenai Busana Wayang Wong.
Sesi kedua Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta dengan topik Socio Culture dimoderatori oleh Dr. Sumaryono, MA.
Dengan tiga narasumber yakni Retno Purwandari, S.S., M.A. yang membahas Arti Penting Penamaan Batik Semen di Jogja. Pembicara kedua ialah Dr. Ir. Indra Tjahyani, S.S., M.L.A, MMSI. membahas mengenai Perjalanan Melestarikan Leluhur serta Dr. Muhammad Sungaidi, M.A. yang membahas Dinamika Modern dalam Tradisi Pakaian keraton Yogyakarta.
Di penghujung acara, GKR Bendara selaku Wakil Ketua Panitia Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta menutup secara resmi simposium internasional tahun 2020 dengan pemukulan gong.
Dalam pidato penutupan, GKR Bendara menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan acara simposium internasional serta dukungan penuh dari Ngarsa Dalem. Panitia akan terus berinovasi dalam rangkaian acara di tahun-tahun berikutnya dengan tema yang berbeda.
GKR Bendara juga berpesan agar para peserta melengkapi kegiatan Simposium Internasional Budaya Jawa: Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta dengan melihat pameran budaya Jawa bertajuk “Abalakuswa” yang berada di Keraton Yogyakarta. Pameran digelar mulai 8 Maret hingga 4 April 2020 dengan serangkaian kegiatan yang bisa diikuti oleh masyarakat umum.