Slank Sebarkan Virus Perdamaian di Jogjarockarta
Jogjarockarta menjadi konser skala internasional yang dinanti setiap tahun. Selalu meriah, penuh energi, istimewa dan belum pernah mengecewakan penonton. Jogjarockarta masih tetap menjadi festival rock yang konsisten menghadirkan pertunjukan skala internasional dengan harga tiket terjangkau. Tahun ini kembali dihelat di Stadion Kridosono pada Sabtu (30/09). Setelah sebelumnya Jogjarockarta membawa musik rock membahana di sela-sela tebing breksi yang gagah.
Konser dibuka pada pukul 14.00 WIB, sejak siang Stadion Kridosono sudah dipenuhi penggemar musik rock. Tercatat lebih dari 6.000 penonton yang telah membeli tiket. Demi menonton band favorit mereka dan bebas ber-moshing bersama. Tidak hanya muda-mudi dan orang tua, anak-anak turut serta menikmati musik rock sejak dini.
Berangkat menuju venue, area jalan di sekitar Stadion Kridosono sudah dipenuhi dengan bendera Slank. Berwarna-warni, berbagai ukuran dan beragam desain membuat jalanan tampak meriah. Seakan, Slank merupakan tokoh utama dalam konser kali ini. Band yang sudah dibentuk sejak pada 26 Desember 1983 sukses membentuk basis massa yang sangat luar biasa. Tersebar di seluruh penjuru Indonesia dari berbagai usia dan suku bangsa.
Lirik-lirik lagu Slank yang sederhana, rebel, serta menyuarakan hati masyarakat umum membuat album mereka selalu sukses. Band ini juga menggambarkan anak-anak muda yang bebas, hingga saat ini gayanya masih seperti orang-orang yang bebas dan tidak takut berekspresi. Pada gelaran Jogkarockarta kali ini Slank juga meyerukan perdamaian, mengajak penonton agar tidak mudah emosi dan ribut sana-sini.
“Apapun yang terjadi jangan lelah untuk menyebarkan virus perdamaian ke seluruh Indonesia,” ucap Bimbim.
“Saya pikir, kenapa kita mesti rebutan, harusnya dengan luasnya alam yang indah ini kita gak perlu lagi rebutan, kita gak perlu lagi desek-desekan. Kita harusnya bisa mendapatkan porsi yang sama,” tambah Kaka yang mengenakan batik pada awal manggung. Hingga akhirnya melepas bajunya dipertengahan konser.
Jogjarockarta juga berhasil mengajak Slank berkolaborasi dengan Pay dan Bongky. Reuni kecil ini disambut hangat dan penuh antusiasme penonton. Mereka seakan dibawa kembali ke masa muda, dengan tembang-tembang yang tak asing lagi. Beberapa lagu yang dibawakan adalah I Miss U But I Hate U, Mars Slankers, Bang-Bang Tut, Mawar Merah, Virus, Tonk Kosong, Gadis Sexy, Maafkan (Ori Version), dan Orkes Sakit Hati.
Uniknya, selain penggemar yang masuk ke dalam stadion, banyak juga penggemar Slank yang berkumpul di luar. Menikmati suasana malam Yogyakarta bersama teman-teman mereka. Tetap bergembira meskipun tidak dapat melihat langsung band kesayangan. Luar biasa bukan dedikasi para penggemar ini?
Usai Slank tampil, penampilan Overkill dan Sepultura menghidupkan malam yang dihiasi bulan purnama. Kehadiran Overkill semakin membakar malam di Kridosono. Band thrash metal asal New Jersey yang dibentuk pada 1980 ini seperti memboyong suasana Pantai Timur Amerika ke tengah kota Yogyakarta. Mereka membawakan 10 lagu dalam setlist malam itu, seperti “Scorched”, “Electric Rattlesnake”, “Hello from the Gutter”,
The Surgeon”, “Ironbound”, dan ditutup dengan “Fuck You”. Sebuah penampilan perdana yang mengesankan!
Sepultura menjadi penampil pamungkas Jogjarockarta Festival 2023. Band yang pertama kali datang ke Indonesia pada 1992 ini juga menawarkan perpaduan antara musik kencang dan penuh tenaga, dengan kejutan yang nyenengke. Ini adalah momen ketika gitaris Andreas Kisser mengenakan kaus hitam dengan logo Hai lawas. Pada 1992, Paulo Jr sang bassist yang memakai kaus serupa, dan lebih dari tiga dekade kemudian, Andreas mengulang momen itu.