Nilai Vegetasi Kraton Jogja yang Tidak Sekadar Filosofi

Nilai Vegetasi Kraton Jogja yang Tidak Sekadar Filosofi
International Symposium on Javanese Culture 2023

infoseni.id – Kraton Jogja memiliki tata kota yang dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan paduan intelektual dan spritualitas. Filosofi yang tersemat dalam setiap bagian wilayah Kraton Jogja menjadi pelajaran dan pedoman hidup rakyat hingga kini.

Beberapa filosofi yang ditanamkan sebagai panduan, diantaranya, “Golong-Gilig Manunggaling Kawula Gusti” persatuan raja dan rakyat serta “Sangkan Paraning Dumadi” yang berisi mengenai asal dan tujuan hidup.

“Penyusunan vegetasi atau tumbuh-tumbuhan di lingkungan Keraton dari Tugu Yogyakarta hingga Panggung Krapyak yang sengaja disusun sedemikian rupa untuk mewakili simbol filosofi tersebut,” ungkap GKR Hayu pada sambutannya dalam acara International Symposium on Javanese Culture 2023.

International Symposium on Javanese Culture 2023 resmi dibuka oleh GKR Mangkubumi pada Kamis, (09/03). Agenda rutin dalam rangka Mangayubagya Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X ini dilaksanakan secara hibrida di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta bagi peserta luring dan ZOOM Meeting bagi peserta daring.

Dalam acara ini vegetasi Kraton Jogja diulas dari berbagai sisi. Tidak hanya nilai filosofinya saja tapi juga secara sains.

Beksan Jayenglaga membuka International Symposium on Javanese Culture

Acara dimulai dengan penampilan Beksan Jayenglaga dari Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tarian ini merupakan beksan kakung Yasan Dalem (tari putra karya Sultan) Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ketujuh selama bertakhta.

Tarian ini ditampilkan karena merupakan beksan terbaru yang diambil dari naskah yang terdapat di British Library. Pada tahun 2019 lalu, telah dikembalikan sebanyak 75 naskah dari British Library dalam bentuk digital. Kemudian Kraton Jogja berusaha mempelajari naskah-naskah tersebut.

Nilai Vegetasi Keraton Yogyakarta yang Tidak Sekadar Filosofi 2

Mengambil tema “The Meaning and Function of Vegetation in Preserving Nature and Traditions in the Sultanate of Yogyakarta”. Tema tersebut dipilih untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan yang sudah diwariskan oleh para pendahulu Kraton Jogja.

Berbagai kegiatan seperti seminar dengan studi baik dari pemikir dalam dan luar negeri hingga lokakarya terkait alam akan digelar untuk memeriahkan acara.

Simposium Internasional kali ini menghadirkan beragam akademisi dan praktisi dari dalam dan luar negeri. “Melalui call for paper, panitia penyelenggara tahun ini menerima 36 abstrak dari peneliti dalam dan luar negeri. Keseluruhan abstrak atau paper kemudian ditinjau oleh 4 reviewer, hingga mengerucut 12 paper terpilih yang akan didiskusikan dalam sesi sejarah, sains, sastra, dan sosial budaya,” papar GKR Hayu.

Tahun ini Kraton Jogja juga memberikan kesempatan kepada peneliti muda yang ingin mempresentasikan hasil penelitiannya. Juga memberikan kesempatan kepada semua peserta untuk saling berdikusi hingga harapannya, tidak hanya mengenal tapi juga bisa bekerjasama di bidang masing-masing.

“Simposium dari Keraton Yogyakarta ini mungkin agak berbeda dengan simposium-simposium lainnya, dimana kami membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para peneliti lintas generasi baik dari senior maupun junior dengan call for paper. Selain itu para presenter dalam simposium ini juga free, tidak dikenakan biaya apapun. Harapannya kami bisa memberikan kesempatan bagi peneliti-peneliti muda untuk bisa tampil dan mempresentasikan penelitiannya,” papar GKR Hayu pada sesi konferensi pers.

Nilai Vegetasi Keraton Yogyakarta yang Tidak Sekadar Filosofi

Tahun ini, Kraton Jogja juga akan merilis buku Buku Awisan Dalem Batik. Awisan Dalem merupakan batik larangan yang artinya ada aturan tertentu dalam penggunaannya. Tidak boleh sembarangan digunakan oleh masyarakat umum ketika berkunjung ke Kraton Jogja.

Awisan Dalem dipercaya memiliki makna filosofi dan kekuatan spiritual tertantu. Jenis-jenis batik Awisan Dalem ditentukan oleh Sultan yang bertahta.

“Pada sesi talkshow atau gelar wicara, kami juga akan merilis Buku Awisan Dalem Batik. Buku katalog tersebut akan menampilkan motif-motif batik apa saja yang menjadi Awisan Dalem atau motif larangan dan bukunya akan kami bagikan gratis bagi yang hadir di hari kedua simposium,” pungkas KPH Notonegoro di sesi konferensi pers.

Kazebara

Suka menulis dan menikmati hidup saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *