Vegetasi di Lingkungan Kraton Jogja dan Filosofi Luhur Hamemayu Hayuning Bawono

Vegetasi di Lingkungan Kraton Jogja dan Filosofi Luhur Hamemayu Hayuning Bawono
International Symposium on Javanese Culture 2023

InfoseniAlam dan Kraton Jogja konon merupakan satu kesatuan yang tak akan bisa dilepaskan. Sebab sejak berdiri pada 1755 silam, pembangunan Kraton Jogja telah mengindahkan aspek-aspek yang berkaitan dengan alam.

Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I berhasil mewujudkan keselaran hidup antara manusia dengan alam. Tercermin dari adanya berbagai konsep dan filosofi yang masih menjadi pegangan hingga sekarang.

Keselaran hidup antara alam dengan manusia di Lingkungan Kraton Jogja sejak 268 tahun lalu itulah, yang diangkat sebagai topik pembahasan dalam Simposium Internasional Budaya Jawa 2023, yang diinisiasi oleh Kraton Jogja.

Lantas sejauh mana keterikatan antara Kraton Jogja dengan alam?

Vegetasi di Kraton Jogja Tak Sekadar Tanaman

Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal memiliki bentang alam yang indah, dengan vegetasi-vegetasi yang beraneka ragam. Anugerah itu membuat Kraton Jogja tak tinggal diam.

Kekayaan alam yang tersedia membuat Kraton terus berusaha untuk menanamkan nilai-nilai filosofi di dalamnya. Hal itu diungkap oleh GKR Hayu dalam pembukaan simposium bertajuk “Makna dan Fungsi Vegetasi dalam Menjaga Kelestarian Alam dan Tradisi di Keraton Yogyakarta”, 9 Maret 2023.

“Beberapa filosofi ditanamkan sebagai panduan, di antaranya, ‘Golong-Gilig Manunggaling Kawula Gusti’ persatuan raja dan rakyat serta ‘Sangkan Paraning Dumadi’ yang berisi mengenai asal dan tujuan hidup,” ungkap GKR Hayu yang juga Ketua Simposium Budaya Jawa 2023.

Selain sebagai pegangan hidup masyarakat, filosofi-filosofi yang dicetuskan, rupanya menjadi dasar perancangan tata kota dan bangunan di Yogyakarta.

GKR Hayu mengatakan, hal itu bisa dilihat salah satunya dari penyusunan vegetasi atau tumbuh-tumbuhan di lingkungan Kraton Yogyakarta, mulai dari Tugu Yogyakarta hingga Panggung Krapyak.

“Vegetasi disusun sedemikian rupa untuk mewakili simbol filosofi tersebut,” ujar Putri Keempat Sri Sultan HB X itu.

Sebagai bagian dari alam, vegetasi menjadi poin utama dalam Simposium Internasional Budaya Jawa 2023. Pasalnya, vegetasi merupakan hal yang kompleks dalam tata ruang sebuah kota.

Vegetasi memiliki banyak fungsi, misalnya sebagai perindang, penyerap polutan, pemelihara air, hingga penahan angin. Tak heran jika kemudian vegetasi berperan penting dalam pembangunan di Daerah Yogyakarta.

Menilik sejarahnya, Sri Sultan Hamengu Buwono I tidak main-main dalam menentukan tanaman di sepanjang Sumbu Filosofi Yogyakarta, di jalan utama Kota Yogyakarta, dan Lingkungan Kraton.

“Sri Sultan Hamengku Buwono I menanam pohon-pohon yang memiliki filosofi luhur, baik dari jenis tanamannya maupun kaitannya dengan lokasi penanaman,” ungkap GKR Hayu.

Misalnya saja di sekitar Alun-alun Kraton Jogja banyak pohon beringin. Penanaman pohon beringin di sana bukanlah tanpa alasan.

Ternyata, pohon ini dianggap sebagai pohon hayat atau pohon kehidupan. Pasalnya, pokok pohon yang sangat besar dirasa efektif dalam menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Lalu, tajuk daunnya yang lebar, membuat pohon beringin dinilai sangat baik dalam memberi keteduhan.

Di samping kebermanfaatannya untuk manusia, pohon beringin juga memiliki makna tersendiri bagi Kraton Jogja. Makna di balik pohon beringin ini adalah Sultan sebagai raja akan senantiasa mengayomi rakyatnya.

Bukan cuma pohon beringin, pohon sawo kecik juga tak bebas dari filosofi. Pohon sawo kecik yang banyak ditanam di Pelataran Kedhaton, dimaknai sebagai sarwa becik, atau serba baik.

Lebih lanjut, ada pohon keben yang konon memiliki cerita unik. Keben berasal dari kata tangkeb-en, atau menutup, yang berarti menutup segala pengaruh hawa nafsu.

Namun, makna di balik pohon yang ditanam di seputar Kamandungan Lor atau Halaman Keben ini, juga ada yang memaknainya sebagai hangrukebi, atau melindungi.

“Konon, dalam sebuah pertempuran melawan VOC, Pangeran Mangkubumi beserta keluarganya pernah berlindung di bawah pohon ini. Selama berhari-hari, tidak ada satu pun buah keben yang jatuh menimpa anak-anak maupun pengikutnya. Untuk mengenang jasanya, Pangeran Mangkubumi menanam pohon ini,” urai GKR Hayu.

Filosofi Luhur Hamemayu Hayuning Bawono di Balik Keanekaragaman Vegetasi

Simposium Internasional Budaya Jawa 2023 digelar Kraton Jogja sebagai momen Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10.

34 tahun sudah Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 bertakhta, sejak 7 Maret 1989. Tentu saja banyak perubahan yang terkait dengan alam maupun vegetasi di dalamnya.

Kekinian, kepedulian masyarakat akan kelestarian lingkungan cenderung menurun. Hal itu menimbulkan berbagai kerugian.

Tak jarang bencana alam terjadi karena campur tangan manusia. Misalnya, banjir akibat penggundulan hutan dan gaya hidup membuang sampah sembarangan.

Berangkat dari hal itu, makna filosofi yang diangkat dalam Simposium Internasional Budaya Jawa diharapkan bisa terus dipegang dan diamalkan. Tentunya demi keberlangsungan hidup manusia di tahun-tahun mendatang.

Dalam siaran pidatonya, GKR Hayu menuturkan bahwa filosofi yang diangkat, selaras dengan konsep luhur “Hamemayu Hayuning Bawono”.

Konsep sekaligus filosofi yang diturunkan dari generasi ke generasi ini, dimaknai memperindah dunia dan isinya.

Wagiran dalam artikel bertajuk “Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuningg Bawana” yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Karakter tahun 2012, menganalisis soal filosofi luhur ini.

Secara harfiah filsafat ini memiliki arti “membuat dunia menjadi indah (ayu)”. Selain itu, bisa diartikan juga sebagai membangun dengan ramah lingkungan.

Dari filsafat itu, bisa diambil kesimpulan bahwa manusia wajib ”Hamangku Bumi”, karena bumi sebagai lingkungan alam telah memberikan sumber penghidupan bagi manusia untuk bisa melanjutkan kehidupan.

Oleh sebab itu, manusia wajib menjaga, merawat, dan mengembangkan kelestarian bumi, dalam rangka mengamalkan konsep Hamemayu Hayuning Bawana.

hernawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *